Share aja sih, sapa tau
ada yang tergerak hatinya. J
Hmm.. tau kan kalo aku
sekarang pake hijab, sebenarnya aku baru fix berhijab terus ya baru-baru aja
sih. Awal pertama berhijab itu pas aku kelas 2 SMA, itu pun pas cuma sekolah
kalo keluar rumah, jalan sama temen, jarang banget pake kerudung. Masih pengen
ngikutin fashion dan masih belum siap aja, soalnya shalat masih bolong-bolong
dan tindakan masih sering salah. L
Tapi, setelah tau aku
ketrima di IAIN yang sekarang jadi UIN Surabaya, aku mulai nyadar almamaterku
itu berlandaskan Islam, dan aku juga harus “mengislamkan” penampilan dan
kelakuanku. Awal-awal emang susah dan aku akui shalat juga masih bolong-bolong.
Tapi lama-kelamaan udah terbiasa dan terus memperbaiki diri. Tapi ya namanya
manusia ada pasang surutnya, dalam iman pun juga naik turun, pernah sempat
keluar lepas jilbab, dan ini gak tau ya, mungkin Allah menegurku dengan
cara-Nya, pas aku keluar rumah tanpa memakai jilbab sekali saja serasa ga nyaman,
serasa di kepala ini ada yang hilang, dan merasa diriku ini telanjang, dan
pandangan laki-laki kepadaku serasa kurang nyaman, astaghfirullah. Mungkin
karena sudah kebiasaan memaki jilbab ke mana pun aku jadi ngerasa begitu, tapi
cara Allah menegurku membuatku tak ingin melakukannya lagi. :’(
Sejak saat itu, aku
terus memperbaiki diri. Dan meyadari bahwa jilbab itu bukan untuk orang yang
siap secara iman, dan matang secara akhlak. Tapi jilbab itu lebih sebagai
pengingat, ya sebagai penunjuk identitas, sebagai pembatas. Pengingat agar aku
terus memperbaiki diri sesuai dengan jilbab, penunjuk identitasku sebagai
muslimah, dan sebagai pembatas dari mata yang tak bias menjaga nafsu dan dari
diri agar tak menjadi pengumbar nafsu.
Tapi, aku juga nyadar
aku belum sempurna, dan aku ga akan pernah sempurna. Aku memang istiqomah
berhijab sejak saat itu, tapi pakaianku masih belum baik. Ya masih ketat sana
sini. Antara menutup atau membalut aurat masih kabur, masih suka berhijab
mbulet-mbulet gajelas dan mentingin fashion. Tapi entah ada saja cara Allah
mengingatkan hamba-Nya, aku sering merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku
pakai, celana jeans ketat dan kaos ketat di atas (maaf) pantat, sampai aku tak
sengaja membaca sebuah artikel tentang cara berhijab yang benar. Dan seketika
itu aku nyadar, apa yang aku kenakan banyak sedikitnya belum benar. Hijab bukan
fashion yang bias diotak-atik sesuai trend fashion, dan berhijab juga jangan
sampai meperlihatkan lekuk tubuh.
Sejak saat itu pula,
fase berhijabku berubah, aku memperbaikinya menjadi lebih baik. Ya walau belum bias
“syar’I” tapi inshaAllah aku ingin menuju ke sana. J
Sekarang aku lebih suka pakai rok, dan kalaupun memakai jeans aku memakai
atasan yang di bawah (maaf) pantat. Tapi aku juga masih gamau ketinggalan
fashion, masih suka mix and match, tapi lebih tau batasan.
Aku ga sempurna, dan
memang tak akan sempurna. Aku juga belum berakhlak mulia, berlumuran dosa.
Hanya saja masa depanku masih suci, oleh karenanya aku ingin lebih baik setiap
waktu. Aku juga sering dihujat, mungkin karena dulunya aku “anak badung”. Tapi aku
lebih mensyukuri, ternyata fase hidupku telah banyak berubah.
Aku ga menjudge, bahwa
yang ga berhijab itu ga baik, dan yang berhijab itu baik. Bukan itu maksudku,
hanya sekedar mengingatkan saja, hijab itu bukan untuk yang imannya kuat, yang
akhlaknya sempurnya, tapi hijab itu untuk semua yang mengaku muslimah. Aku juga
pernah kok ga berhijab. Sama saja, sekarang juga masih belajar. J
Imanku pasang surut juga J Aku belum baik, tapi menjadi lebih baik
itu hak semua orang. J Orang boleh kok bilang aku dulu gini,
gini, dan gini, aku pun tidak bias merubah masa laluku, tapi aku masih punya
kesempatan buat memperbaiki diri. Bukan untuk dilihat orang, tapi lebih kepada
untuk aku sendiri. Aku juga share ini bukan untuk dianggap sok alim, aku Cuma share
cerita aja. Allah yang berhak menghakimi aku kelak. J