BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa
Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia sehingga sebagai Warga
Negara Indonesia wajib mengetahui tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
agar bahasa Indonesia terjaga eksistensinya. Oleh karena itu, matakuliah bahasa
Indonesia adalah matakuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa perguruan
tinggi agar mahasiswa sebagai insan terpelajar dapat meyebarkan ilmunya kelak
di masyarakat secara tepat. Dalam matakuliah bahasa Indonesia ini lebih dikhususkan
untuk penulisan karya ilmiah yang di dalamnya terdapat beberapa sub bagian
seperti kalimat, paragraf, ejaan, dan
lain-lain yang kesemuanya itu merupakan bagian-bagian yang harus diperhatikan
dalam penulisan karya ilmiah. Dan dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
paragraf mulai dari pengertian paragraf, jenis-jenis paragraf, teknik
pengembangan paragraf, dan beberapa hal lain tentang paragraf.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian paragraf?
2. Apa
fungsi dari paragraf?
3. Apa
saja syarat-syarat paragraf yang baik?
4. Apa
saja jenis-jenis paragraf yang ada?
5. Apa
saja teknik dalam pengembangan paragraf?
C. Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian paragraf.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui apa saja fungsi dari paragraf.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui apa saja syarat-syarat paragraf yang baik.
4. Mahasiswa
dapat menambah wawasan tentang apa saja jenis-jenis paragraf yang ada.
5. Mahasiswa
dapat mengetahui apa saja teknik dalam pengembangan paragraf.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Paragraf
Pengertian Paragraf : Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani
paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis
di samping") adalah suatu jenis tulisan
yang memiliki tujuan atau ide.
Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru (Wikipedia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf).
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan
Purwadarminta (almarhum) tertera penjelasan bahwa alinea sering diartikan sama
dengan baris baru atau ganti baris. Pengertian
lain namun hampir ada persamaan dengan pendapat yang tadi yaitu pendapat dari
Wojowasito (1977 : 285) mengartikan paragraf sebagai membagi fasal demi fasal.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam
sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal,
kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan (Akhadiah dkk, 1991 : 144).
Keraf (1997 : 51), menyebut paragraf dengan istilah
alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang
terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide
pokok sebagai pengendalinya (Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2006 : 51).
Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling
pendek (singkat) ( Yakub Nasucha dkk, 2009 : 33).
Bila ditelaah pengertian paragraf seperti yang
tercantum pada sekian pendapat dapat ditarik kesimpulan yaitu : Paragraf berisi
sesuatu dan penulisan paragraf selalu dimulai dengan garis baru yang dimajukan
ke depan atau “Indentation”.
Dari beberapa sumber yang memberikan pendapat
keterangan tentang pengertian paragraf, setelah dilengkapi dan dipadukan oleh
penulis kesimpulan dari pengertian paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun
logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan
mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Djago
Tarigam, 1991 : 10).
B. Kegunaan
atau Fungsi Paragraf (Djago Tarigam, 1991:12)
Kegunaan
atau fungsi paragraf yaitu :
1.
Penampung fragmen pikiran atau ide pokok.
2.
Alat untuk memudahkan pembaca memahami
jalan pikiran pengarang.
3.
Alat bagi pengarang untuk mengembangkan
jalan pikiran secara sistematis.
4.
Pedoman bagi pembaca mengikuti dan
memahami alur pikiran pengarang.
5.
Alat untuk penyampai fragmen pikiran
atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
6.
Sebagai penanda bahwa pikiran baru
dimulai.
7.
Dalam rangka keseluruhan karangan
pargraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
C. Syarat-syarat
Paragraf yang Baik
Dalam
pengembangan paragraf, kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan
menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah
kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan (Akhadiah dkk, 1991:148).
1.
Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu
gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik
tersebut. Oleh karena itu, dalam mengembangkan paragraf tidak boleh ada
unsur-usur yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan gagasan pokok atau
topik tersebut agar tidak menyulitkan pembaca. Jadi, sebuah paragraf dapat
dikatakan memiliki kesatuan apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut
tidak menyimpang dari topik atau gagasan pokoknya atau selalu relevan dengan
topiknya atau gagasan pokoknya. Semua kalimat harus fokus pada topik dan
terhindar dari unsur-unsur yang tidak relevan.
2.
Kepaduan
Yang dimaksud kepaduan adalah kekompakan
hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk suatu
paragraf (Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2006:55). Suatu paragraf bukanlah
sekumpulan dari kumpulan kalimat yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi terdiri
dari kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan satu sama lain atau berkoherensi.
Untuk membangun kepaduan dalam suatu
paragraf perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
a.
Pengulangan kata kunci
Kepaduan didapat dengan mengulang
kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf.
b.
Pengulangan kata ganti
Kata yang mengacu pada manusia
ataupun benda biasanya digunakan untuk menghindari kebosanan, diganti dengan
kata ganti. Pemakaian kata ganti berfungsi untuk menjaga kepaduan antara
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf.
c.
Penggunaan transisi
Untuk membentuk suatu kepaduan dalam
paragraf ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase
(kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.
d.
Paralelisme
Bagaimana cara mengembangkan pikiran
utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama
dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari urutan perinciannya. Perincian ini
dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis
(sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang,
menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut
pandangan yang lain.
3.
Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika
berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat
topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap,
jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
D. Jenis-jenis
Paragraf
Jenis-jenis
paragraf dibagi menjadi berdasarkan fungsi, tujuan, dan juga letak gagasan
utamanya.
Paragraf
berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Paragraf
pengantar
Paragraf
pengantar merupakan ungkapan yang bertujuan menarik perhatian, menggugah minat,
dan memperoleh simpati dari pembaca untuk mengetahui lebih banyak mengenai apa
yang diuraikan dalam sebuah karangan. Paragraf pengantar juga disebut sebagai
pargraf topik yaitu paragraf paragraf yang menentukan arah dan tatanan sebuah
karangan. Dalam karya ilmiah paragraf pengantar berfungsi untuk memberitahukan
beberapa hal, yaitu:
a. Latar
belakang
b. Masalah
c. Tujuan
d. Gagasan
sentral atau tesis yang merupakan pendirian penulis
2. Paragraf
pengembang
Paragraf
pengembang menerangkan atau menjabarkan ide pokok karangan . Secara rinci
paragraf pengembang berfungsi :
a. Memuat
pernyataan-pernyataan pikiran utama
b. Menerangkan
tiap pikiran utama (mendefinisikan, menjelaskan)
c. Memberikan
bukti-bukti (contoh, alasan, fakta, rincian, dan sebagainya)
d. Memberikan
komentar tentang pentingnya pokok pembicaraan.
Paragraf
pengembang juga disebut paragraf baku karena tiap paragraf pengembang berisi
satu pikiran utama, beberapa pikiran pendukung, dan beberapa pikiran
penjelasan. Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2006 : 69).
3. Paragraf
penutup
Paragraf
penutup sebagai akhir dari sebuah karangan biasanya berisi kesimpulan dari
sebuah topik atau gagasan utama. Hal-hal yang dilakukan untuk menutup karangan
atau karya ilmiah agar memberikan kesan yang kuat kepada pembaca, antara lain:
a.
Menegaskan kembali tesis dengan
kata-kata lain
b.
Merangkum gagasan-gagasan penting yang
telah disampaikan
c.
Memberikan simpulan, saran, atau
proyeksi ke depan dan sebagainya
Jenis paragraf
berdasarkan tujuannya, antara lain :
1.
Paragraf argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang
berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca
(Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Paragraf argumentasi sumber datanya bisa didapat secara langsung melalui riset,
observasi, maupun interview atau wawancara atau juga bisa didapatkan secara
tidak langsung melalui media atau literatur, grafik, tabel, maupun diagram.
Ciri-ciri paragraf argumentasi:
a.
bersifat nonfiksi /ilmiah
b.
bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang
dikemukakan merupakan kebenaran
c.
dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll
d.
ditutup dengan kesimpulan
Contoh :
Air
yang tergenang seperti di kaleng-kaleng bekas dan di selokan harus dibersihkan.
Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi sarang nyamuk.
Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di genangan air tersebut.
2.
Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang
melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan
bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis
(Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Jenis lukisan atau deskripsi dalam
paragraf deskripsi:
a. Lukisan
benda fisik
b. Lukisan
waktu
c. Lukisan
ruang
d. Lukisan
suasana atau keadaan
Ciri-ciri paragraf deskripsi, yaitu:
a.
Menggambarkan /melukiskan objek tertentu
(orang, tempat, keindahan alam dll)
b.
Bertujuan agar pembaca seolah-olah
melihat sendiri objek
Contoh
:
Malam
itu indah sekali. Bintang-bintang di langit berkerlap-kerlip memancarkan cahaya.
Udara dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik mengusik sepinya
malam.
3. Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang
bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca
agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu
permasalahan yang dimaksud pengarang (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf eksposisi, yaitu :
a. Bersifat
nonfiksi/ilmiah
b. Bertujuan
menjelaskan/memaparkan
c. Berdasarkan
fakta
d. Tidak
bermaksud mempengaruhi
Contoh
:
Membaca
intensif merupakan kegiatan membaca secara teliti atau membaca secara seksama
bacaan berupa teks. Tujuan membaca dengan cara ini untuk mendapatkan pemahaman
isi bacaan secara tepat dan rinci. Misalnya, mengetahui hal-hal yang diperlukan.
c. Paragraf
persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang
bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan
/menerima keinginan penulis (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf persuasif, yaitu:
a.
ada fakta/bukti untuk
mempengaruhi/membujuk pembaca
b.
bertujuan mendorong, mempengaruhi, dan
membujuk pembaca
c.
menggunakan bahasa secara menarik untuk
memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca
Contoh
:
Penggunaan
pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktublama tidak lagi
menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari
lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan
biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara
berlebihan.
d. Paragraf
naratif
Paragraf naratif adalah suatu bentuk
paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan
waktu terjadinya (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf naratif, yaitu :
a. Ada
tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan
b. Mementingkan
urutan waktu maupun urutan peristiwa
c. Terdapat
dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman)
Dan
jenis-jenis paragraf menurut letak kalimat utamanya, yaitu :
1. Paragraf
induktif
Paragraf induktif dikembangkan dari sesuatu yang
bersifat khusus, lebih spesifik, menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum,
lebih luas. Akan tetapi, kita harus hati-hati dalam menarik kesimpulan
menggunakan pola induktif karena kesimpulan umum yang diambil belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, agar kesimpulan yang diambil sesuai
dengan kenyataan, data, fakta, bukti, referensi, dan keterangan lain yang
dijadikan dasar pengambilan kesimpulan haruslah lengkap dan akurat. Paragraf
induktif disusun dengan cara menata ide-ide khusus dan diikuti dengan ide umum.
Ide-ide khusus seperti contoh, ilustrasi, perincian (disebut penunjang atau
pendukung) ditampilkan pada bagian awal paragraf dan kemudian disimpulkan
denagn ide yang lebih umum.ide yang lebih umum itu biasanya berupa kalimat
kesimpulan (disebut kalimat topik) dan kadang-kadang diikuti oleh suatu
pernyataan pembenaran (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Pada waktu anak
memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan
sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan menetapkan
bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali menggunakan
bahasa daerah, baik dalam pergaulan teman-temannya atau dengan orangtuanya. Ia
merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa
jam, baik waktu istirahat ataupun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur
bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen
dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus
dengan cepat.
2. Paragraf
deduktif
Paragraf deduktif adalah contoh suatu paragraf yang
dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik
kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau
juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan
paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Kosa
kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan
berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang.
Jumlah kosa kata yang dimiliki sesesorang akan menjadi petunjuk tentang
pengetahuan seseorang. Di samping itu jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang,
juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin
banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya. Dengan demikian,
seoarang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat atau cocok untuk
mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.
3. Paragraf
induktif-deduktif atau campuran
Paragraf induktif deduktif adalah suatu paragraf
yang kalimat utamanya berada di depan dan diakhir kalimat (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Peningkatan
taraf pendidikan para petani, dirasakan sama pentingnya dengan usaha
peningkatan taraf hidup mereka.
Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian tradisional
misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani
modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang
pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal
terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perncana pembangunan, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf
pendidikan sangatlah penting.
4. Paragraf
tanpa kalimat utama (naratif/deskriptif)
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti
pikiran utama terbesar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut.
Bentuk ini biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi (yang
berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk pelukisan). Pikiran utama
didukung oleh semua kalimat (Yakub Nasucha dkk, 2009 : 42).
Contoh :
Keributan ayam
berkokok bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian berkurang. Akhirnya tinggal
satu-satu saja terdengar kokok ayam nyaring. Dan ayam-ayam itu sudah mulai
turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan raung kembali
menggila seperti kemarin. Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema
menerobos ke relung-relung rumah di sepanjang. Sayup-sayup terdengar dentang
lonceng gereja menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal pada hari
kemarin.
5. Paragraf
Ineratif ( semua kalimat topik)
Paragraf Ineratif adalah
paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah paragraf. Biasanya diawali
dengan gagasan penjelas sebagai pengantar, lalu disajikan gagasan utama sebagai
puncaknya. Setelah itu masih dilanjutkan dengan gagasan penjelas (Yadi, http://www.yadi82.com/2011/09/definisi-dan-contoh-paragraf-ineraktif.html).
Contoh :
Sepulang mudik,
mobil Saipul Jamil mengalami kecelakaan di Tol Padalarang Km 97 arah Jakarta.
Malang baginya, kecelakaan itu menewaskan istri tercintanya, Virginia. Saipul
sendiri dan beberapa penumpang lainnya selamat walau luka-luka. Ibarat sudah
jatuh tertimpa tangga pula, musibah yang dialami Saipul bak tak ada hentinya.
Ia ditetapkan sebagai tersangka atas musibah yang dialaminya. Padahal, Saipul
sudah bersumpah, dia tidak dalam keadaan mengantuk. Saat peristiwa kecelakaan terjadi,
ia dalam kondisi bugar.
E. Teknik
Pengembangan Paragraf
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya
akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran
penjelas dapat dituang kedalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada
juga kemungkinan, dua pikiran penjelas dituang kedalam sebuah kalimat penjelas.
Tetapi sebaliknya sebuah pikiran penjelas dituang kedalam sebuah kalimat
penjelas. Dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa
pikiran penjelas. Inilah yan dinamakan kerangka peragraf.
Contoh
kerangka paragraf :
Pikiran
utama :
Keindahan alam yang mengecewakan
Pikiran
penjelas :
1.
Manusia telah mengubah segala-galanya;
2.
Hutan, sawah, dan ladang tergusur;
3.
Pohon sudah tidak ada;
4.
Pagar bunga telah berganti; dan
5.
Pembangunan gedung-gedung mewah.
Pengembangan paragraf dapat dibedakan berdasarkan teknik dan isi paragraf.
1.
Berdasarkan teknik : a).secara alamiah;
(1) Urutan ruang (2) urutan waktu. b).klimaks dan anti klimaks c). Umum ke
khusus
2.
Berdasarkan isi : a). Perbandingan dan
pertentangan b). Analogi c). Contoh-contoh
d). Sebab-akibat e). Definisi luas f). Klasifikasi
Penjelasan
:
1.
Berdasarkan teknik
a. Secara
alamiah
Dalam
hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau
kejadian yan dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan :
(1). Urutan ruang
merupakan urutan ruang (spesial) yang membawa pembaca membaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan
dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke
dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
(2). Urutan waktu (urutan
kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau
tindakan.
b.
Klimaks dan Antiklimaks
Pikiran utama mula-mula di perinci
dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya.
Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling
tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Pengembangan paragraf dengan urutan
ini didasarkan bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang
tertinggi atau paling menonjol. Bila posisi yan tertinggi ditempatkan pada
bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya,
bila penulis menulis rangkaian dengan posisi paling menonjol dan makin lama
makin tidak menonjol disebut antiklimaks
(Tim penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006:72).
Contoh :
Kemampuan manusia menyikapi
perjalanan waktu secara bijaksana akan menentukan keberhasilan manusia di dunia
maupun di akhirat. Waktu merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Segala
kegiatan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks waktu. Oleh karena itu,
Allah SWT memberikan perhatian yang besar terhadap perjalanan waktu. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya firman Allah SWT yang dikaitkan dengan konteks
waktu, yaitu QS. Ad-Dhuha, QS. As-Syam, QS. Al-Lail, dan QS. Al-Fajr.
c.
Umum ke khusus, khusus ke umum
Dalam
bentuk umum ke khusus, pikiran utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian
diikuti dengan perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai
dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah
berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
2. Berdasarkan Isi
a) Perbandingan dan Pertentangan
Untuk
menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha membandingkan
atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan dan
perbedaan antara 2 hal tersebut. Yang dapat dibandingkan adalah 2 hal yang
tingkatannya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Contoh
:
Ratu
Elizabeth
tidak begitu tertarik dengan mode. Tetapi selalu berusaha tampil di muka umum
seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalu keluar kota paling suka mengenakan
pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth
Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melmbutkan gaya
berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia
lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke
pernikahan, ke pemakaman, dan upacara resmi pembukaan parlemen.
b) Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk
membandinghkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang
dikenal umum gunanya untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Contoh :
Perkembangan
teknologi sungguh menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria
dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi, dan
tanpa kerbau. Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan
gerbang yang panjang penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan kekuatan air
semata. Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap yang
mewarnai tanah air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke dalam
ketiadaan. Dunia rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat.
Kekuatan bukan lagi monopolo gajah dan badak, tetapi telah
diganti dengan benda-benda kecil buatan manusia.
c) Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum
sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang
memerlukan contoh-contoh yang konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat
efektif.
Contoh :
Isra’
Mi’raj merupakan peristiwa fenomenal yang menimbulkan berbagai pertanyaan.
Sebagai contoh adalah dikabarkannya bahwa langit bukan hanya satu melainkan ada
tujuh tingkat. Contoh lain adalah pertanyaan mengenai manusia yang menjelajahi
langit sampai ke tujuh tingkat hanya dalam waktu beberapa jam saja.
d) Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf
dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam hal
ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran
penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk
memahami akibat ini dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
Contoh :
Jalan
Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semerawut. Lebih dari sepuluh
jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk
mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan
denga trotoar. Pagar ini berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki
lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan
mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah keterlaluan,
sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
e)
Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang
sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan
beberapa alinea.
Contoh :
Wujud
merupakan tingkat ketauhidan seseorang yang diperoleh manusia melalui tahapan
tawajud, wijdu, dan al-wujud. Tawajud adalah upaya sungguh-sungguh untuk
mencintai dan dicintai oleh Allah SWT. Wajdu merupakan rasa cinta yang
sesungguhnya kepada Allah SWT. Seseorang yang telah mencapai wajdu di sebut al-wajid
adalah seorang pecinta sejati kepada Allah SWT. Setelah itu, seseorang akan
berada pada keadaan al-wujud, yaitu sirnanya sifat kemanusiaan yang ada
hanyalah wujud al-Haqq.
f)
Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan
kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan.
Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut kedalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Contoh :
Dalam
kegiatan menulis karya ilmiah, seseorang dituntut memiliki beberapa kemampuan,
antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan
mengembangkan tulisan. Kemampuan kebahasaan meliputi kemampuan menerapkan
ejaan, tanda baca, kosa kata, dan kalimat. Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok
bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan.
BAB
III
PENUTUP
Dari
beberapa penjelasan mengenai paragraf, dapat disimpulkan beberapa hal, dari
beberapa sumber yang memberikan pendapat keterangan tentang pengertian
paragraf, setelah dilengkapi dan dipadukan oleh penulis kesimpulan dari
pengertian paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran
pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Djago Tarigam, 1991 : 10).
Paragraf mempunya fungsi, yaitu:
a.
Penampung fragmen pikiran atau ide
pokok.
b.
Alat untuk memudahkan pembaca memahami
jalan pikiran pengarang.
c.
Alat bagi pengarang untuk mengembangkan
jalan pikiran secara sistematis.
d.
Pedoman bagi pembaca mengikuti dan
memahami alur pikiran pengarang.
e.
Alat untuk penyampai fragmen pikiran
atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
f.
Sebagai penanda bahwa pikiran baru
dimulai.
g.
Dalam rangka keseluruhan karangan
pargraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
Syarat-syarat paragraf yang baik adalah kesatuan,
kepaduan, dan juga kelengkapan. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi
dalam penulisan paragraf, berarti paragraf tersebut tidak bisa dikatakan
paragraf yang baik.
Jenis-jenis paragraf terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu paragraf menurut fungsinya, paragraf menurut tujuannya, dan
paragraf menurut letak gagasan utamanya. Paragraf menurut fungsinya terbagi
menjadi tiga yaitu, paragraf pengantar, paragraf pengembang, dan paragraf
penutup. Paragraf menurut tujuannya terbagi menjadi lima yaitu, paragraf
argumentasi, narasi, eksposisi, persuasi, dan deskripsi. Dan yang terakhir
paragraf menurut letak gagasan utamanya ada 4 yaitu, paragraf induktif,
deduktif, induktif-deduktif (campuran), dan juga paragraf tanpa kalimat utama.
Paragraf
juga dapat dilihat dari teknik pengembangannya. Dalam hal ini penulis sekedar
menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yan dibicarakan.
Susunan logis ini mengenal dua macam urutan :
(1). Urutan ruang
merupakan urutan ruang (spesial) yang membawa pembaca membaca dari satu titik ke titik berikutnya yang
berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari
luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
(2). Urutan waktu
(urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan
atau tindakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasucha,
Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Tarigam,
Djago. 1991. Membina Ketrampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun
Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006. Bahasa Indonesia
Ilmiah Bidang Ilmu Agama Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar