Kamis, 08 Mei 2014

Hello Goodbye

Hai kamu yang sudah bertahun pergi. Ya ingin sekali aku menanyakan bagaimana harimu tanpa aku? Sudah 2 tahun berlalu, dan jujur aku masih sering mengingatmu. Entahlah, maafkan aku.
Hai kamu yang telah lama bersama yang lain. Rasanya masih saja ada perasaan yang tak mungkin hilang. Bagaimana dengan kamu? Masihkah kamu memikirkanku juga?
Hai kamu yang tak pernah menyapaku. Apa kamu memang sudah benar-benar lupa padaku? Yang menemanimu di saat terburukmu. Aku masih saja terkadang mengharapkanmu hadir di hidupku.
Hai kamu yang menghilang bersama waktu. Bagaimana kamu bias melupakan aku secepat itu, sedangkan sampai detik ini namamu masih ada di hatiku?
Hai kamu yang pernah mencium keningku. Apa kamu ingat bagaimana kita menghabiskan 3 tahun itu dengan tangis dan tawa bersama?
Hai kamu yang pernah menggenggam erat tanganku. Bagaimana bias kamu secepat itu berlari dari hatiku sedangkan aku masih saja merangkak menjauhi kenangan kita.
Hai kamu yang masih ada di hatiku. Apa bias aku melupakanmu? Hidup kita sudah lama tak searah, namun tetap saja ku merindukanmu.

Dan, selamat tinggal untuk kamu. Lupakan kata-kata bualanku tadi. Kita tak akan pernah kembali. Sedetik pun rasanya tak mungkin. Maafkan aku masih memikirkanmu. Dan maafkan aku juga berharap jahat, bahwa kamu berpisah dengannya. Semoga kamu bahagia, dan dilimpahi kebahagiaan. Semoga tak ada lagi rasa sakit seperti yang aku rasakan seperti dulu. Semoga..

Sabtu, 03 Mei 2014

Jilbabku, Kini Gaya Hidupku

Share aja sih, sapa tau ada yang tergerak hatinya. J
Hmm.. tau kan kalo aku sekarang pake hijab, sebenarnya aku baru fix berhijab terus ya baru-baru aja sih. Awal pertama berhijab itu pas aku kelas 2 SMA, itu pun pas cuma sekolah kalo keluar rumah, jalan sama temen, jarang banget pake kerudung. Masih pengen ngikutin fashion dan masih belum siap aja, soalnya shalat masih bolong-bolong dan tindakan masih sering salah. L
Tapi, setelah tau aku ketrima di IAIN yang sekarang jadi UIN Surabaya, aku mulai nyadar almamaterku itu berlandaskan Islam, dan aku juga harus “mengislamkan” penampilan dan kelakuanku. Awal-awal emang susah dan aku akui shalat juga masih bolong-bolong. Tapi lama-kelamaan udah terbiasa dan terus memperbaiki diri. Tapi ya namanya manusia ada pasang surutnya, dalam iman pun juga naik turun, pernah sempat keluar lepas jilbab, dan ini gak tau ya, mungkin Allah menegurku dengan cara-Nya, pas aku keluar rumah tanpa memakai jilbab sekali saja serasa ga nyaman, serasa di kepala ini ada yang hilang, dan merasa diriku ini telanjang, dan pandangan laki-laki kepadaku serasa kurang nyaman, astaghfirullah. Mungkin karena sudah kebiasaan memaki jilbab ke mana pun aku jadi ngerasa begitu, tapi cara Allah menegurku membuatku tak ingin melakukannya lagi. :’(
Sejak saat itu, aku terus memperbaiki diri. Dan meyadari bahwa jilbab itu bukan untuk orang yang siap secara iman, dan matang secara akhlak. Tapi jilbab itu lebih sebagai pengingat, ya sebagai penunjuk identitas, sebagai pembatas. Pengingat agar aku terus memperbaiki diri sesuai dengan jilbab, penunjuk identitasku sebagai muslimah, dan sebagai pembatas dari mata yang tak bias menjaga nafsu dan dari diri agar tak menjadi pengumbar nafsu.
Tapi, aku juga nyadar aku belum sempurna, dan aku ga akan pernah sempurna. Aku memang istiqomah berhijab sejak saat itu, tapi pakaianku masih belum baik. Ya masih ketat sana sini. Antara menutup atau membalut aurat masih kabur, masih suka berhijab mbulet-mbulet gajelas dan mentingin fashion. Tapi entah ada saja cara Allah mengingatkan hamba-Nya, aku sering merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai, celana jeans ketat dan kaos ketat di atas (maaf) pantat, sampai aku tak sengaja membaca sebuah artikel tentang cara berhijab yang benar. Dan seketika itu aku nyadar, apa yang aku kenakan banyak sedikitnya belum benar. Hijab bukan fashion yang bias diotak-atik sesuai trend fashion, dan berhijab juga jangan sampai meperlihatkan lekuk tubuh.
Sejak saat itu pula, fase berhijabku berubah, aku memperbaikinya menjadi lebih baik. Ya walau belum bias “syar’I” tapi inshaAllah aku ingin menuju ke sana. J Sekarang aku lebih suka pakai rok, dan kalaupun memakai jeans aku memakai atasan yang di bawah (maaf) pantat. Tapi aku juga masih gamau ketinggalan fashion, masih suka mix and match, tapi lebih tau batasan.
Aku ga sempurna, dan memang tak akan sempurna. Aku juga belum berakhlak mulia, berlumuran dosa. Hanya saja masa depanku masih suci, oleh karenanya aku ingin lebih baik setiap waktu. Aku juga sering dihujat, mungkin karena dulunya aku “anak badung”. Tapi aku lebih mensyukuri, ternyata fase hidupku telah banyak berubah.

Aku ga menjudge, bahwa yang ga berhijab itu ga baik, dan yang berhijab itu baik. Bukan itu maksudku, hanya sekedar mengingatkan saja, hijab itu bukan untuk yang imannya kuat, yang akhlaknya sempurnya, tapi hijab itu untuk semua yang mengaku muslimah. Aku juga pernah kok ga berhijab. Sama saja, sekarang juga masih belajar. J Imanku pasang surut juga J Aku belum baik, tapi menjadi lebih baik itu hak semua orang. J Orang boleh kok bilang aku dulu gini, gini, dan gini, aku pun tidak bias merubah masa laluku, tapi aku masih punya kesempatan buat memperbaiki diri. Bukan untuk dilihat orang, tapi lebih kepada untuk aku sendiri. Aku juga share ini bukan untuk dianggap sok alim, aku Cuma share cerita aja. Allah yang berhak menghakimi aku kelak. J