Senin, 13 Februari 2012

URGENSI PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM PENGEMBANGAN, PEMAHAMAN, DAN PENGAMALAN AGAMA

Nama        : Diana Irma Safitri
NIM        : C74211157
Kelas        : Ekonomi Syariah-E

URGENSI PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM PENGEMBANGAN, PEMAHAMAN, DAN PENGAMALAN AGAMA

    Ketika kita berbicara tentang filsafat dan agama, tentunya kita berfikir apakah ada hubungan antara keduanya? Bukankah filsafat dan agama itu bertentangan? Karena, seperti yang kita tahu pengertian antara filsafat dan agama memang berbeda. Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, yang berasal dari kata “philo” yang berarti cinta dan “sophos” yang berarti hikmah, sehingga filsafat berarti cinta akan hikmah atau cinta terhadap pengetahuan. Sedangkan agama adalah ajaran kepercayaan kepada Tuhan. Lalu apa hubungannya filsafat dengan agama? Dan apa pentingnya filsafat untuk agama?
    Al Kindi menyatakan bahwa pengetahuan itu terbagi menjadi dua macam yaitu pengetahuan Ilahi (Divine Science) sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini ialah keyakinan. Dan yang kedua adalah pengetahuan manusiawi (human science) atau filsafat, yang dasarnya ialah pemikiran (ratio-reason). Argumen-argumen yang dinyatakan dalam Al-Qur’an memang tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya dan lebih meyakinkan daripada argumen-argumen yang ditimbulkan oleh filsafat. Namun kebenaran yang dibawa antara agama atau Al-Qur’an dalam hal ini wahyu tidak bertentangan dengan filsafat. Sehingga mempelajari filsafat dan berfilsafat tidaklah dilarang atau tidak berhubungan di dalam agama karena teologi adalah bagian dari filsafat.
    Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat membahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.


    Namun, manusia berfilsafat seperti yang kita tahu karena tiga dorongan, yaitu kebenaran, kesangsian, dan kesadaran keterbatasan. Padahal dalam agama harusnya tidak ada kesangsian dan dalam agama adalah berdasarkan keyakinan yang mutlak. Namun dalam teologi agama Islam, kita mempelajari tentang Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah setelah kematian yang berdasarkan doktrin Islam. Sehingga penekanan akhirnya menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
    Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita peroleh sebuah pemahaman bahwa filsafat dan agama sangatlah berhubungan, karena dengan berfilsafat kita akan membahas wahyu, pengiriman rasul dan nabi, ketuhanan, roh manusia, keabadian hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, soal hidup kedua sesudah hidup di dunia, dan sebagainya, dan hal-hal tersebut dibahas secara analistis dan kritis untuk menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama, atau untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Walaupun keduanya sangat berbeda karena filsafat bertujuan untuk mencari kebenaran, dan agama banyak membicarakan tentang hubungan manusia dengan Tuhan.
    Al Kindi juga mengemukakan bahwa objek yang dikaji filsafat adalah fisika, matematika, dan ilmu ketuhanan. Dan pada dasarnya filsafat itu mempelajari segala yang ada termasuk di dalamnya agama, sehingga agama adalah salah satu objek kajian filsafat yang abstrak dan yang mempelajari aspek metafisik dan fisik dari agama.
    Namun, kebanyakan orang berfikir bahwa berfilsafat adalah suatu kegiatan yang menyesatkan, memang ada beberapa kasus ketika seseorang berfilsafat seseorang itu mencari kebenaran adanya Tuhan, dan tidak memepercayai wahyu, dan pada akhirnya orang-orang tersebut tidak percaya terhadap adanya Tuhan dan menjadi seorang yang atheis. Karena dalam berfilsafat agama ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu seseorang akan berubah atau kehilangan keyakinannya terhadap Tuhan ataupun menjadi bertambah keyakinannya terhadap Tuhan. Namun, yang perlu kita tekankan di sini, kita berfilsafat tentang agama untuk membuktikan bahwa ajaran agama yang diperoleh lewat wahyu adalah benar dan tidaklah mustahil. Dengan berdasarkan pemikiran untuk membuktikan kebenaran tentang ajaran agama dan Tuhan niscaya kita tidak akan sesat.
    Filsafat dalam pengembangan dan pemahaman agama bisa dilihat dari teologi atau ilmu kalam yang mempelajari tentang ketuhanan, di dalam teologi Islam banyak sekali aliran-aliran teologi seperti Jabariyah dan Qadariyah. Teologi Islam sangatlah penting dalam bagaimana kita memahami maksud yang terkandung dalam firman Allah yang berbentuk wahyu Al-Qur’an namun bisa dibuktikan secara rasional dan berdasarkan logika yang masuk diakal. Sehingga kita bisa mengembangkan agama secara maksimal dengan adanya filsafat yang mencari kebenaran-kebenaran dalam hal ketuhanan, wahyu, dan ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul. Agar tidak terjadi salah pengartian dan kesesatan dalam menafsirkan kalam-kalam Tuhan.
    Kita juga bisa melihat dari sisi sejarah, dalam pengembangan dan pemahaman terhadap Islam, muncul filosof-filosof Islam yang mengembangkan ilmu tentang ketuhanan, wahyu, nabi dan rosul, serta ajaran-ajaran yang berkaitan dengan Islam. Misalnya Al Kindi, Al Farabi, Al Ghazali, dll. Mereka memiliki pemahaman-pemahaman yang beragam dan pemahaman-pemahaman mereka sangatlah bermanfaat bagi pengembangan agama Islam pada masa itu dan hasil dari pemikiran mereka pun masih bisa kita manfaatkan di masa kini dalam dunia pendidikan agama.
    Karena, dalam agama Islam manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi, dan untuk menjadi khlaifah di bumi manusia dituntut untuk selalu berfikir. Dan yang kita tahu filsafat itu berdasarkan pemikiran akal, dan memang manusia diberi akal untuk berpikir. Sehingga dalam pengembangan agama diperlukan akal pikiran, sehingga filsafat dalam dunia pendidikan bertujuan untuk :
1. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
2. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan
4. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri
5. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik.
    Sehingga, dalam perkembangan dunia pendidikan Islam, filsafat digunakan untuk menganalisa dan mengkritisi metode-metode yang digunakan dalam dunia pendidikan, sehingga pendidikan agama bisa senantiasa berkembang. Dan juga filsafat digunakan untuk mengarahkan dan menciptakan cara dan metode yang tepat dan efektif untuk pengembangan dan pemahaman agama itu sendiri.
Tidak hanya itu, dalam hal pengamalan agama pun filsafat bisa kita manfaatkan. Karena seperti yang kita tahu salah satu tujuan filsafat pendidikan adalah hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Oleh sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri. Dan dari berfilsafat agamalah kita bisa mengamalkan seluruh apa yang yang kita tahu tentang agama untuk menjalankan kehidupan diri sendiri dan juga untuk orang lain. Dari berfilsafatlah kita tahu mana yang benar, dan mana yang salah dalam penafsiran dari ilmu ketuhanan, wahyu, nabi dan rosul, serta masalah-masalah yang berkaitan dalam agama itu sendiri, sehingga dalam pengamalan agama kita bisa memanfaatkan ilmu yang kita dapat dari berfilsafat secara maksimal.
Dalam pengamalan agama pun kita bisa memanfaatkan filsafat dalam soal beribadah, dulu ketika pada zaman Rasulullah ketika umat Islam ingin menjalankan rukun islam yang kelima yaitu ibadah haji, umat Islam berbondong-bondong ke Baitullah dengan mengendari onta, dan dewasa ini ketika filsafat berkembang melalui ilmu pengetahuan dan teknologi kita yang berada di Indonesia tidak perlu lagi risau bagaimana cara menuju ke Baitullah, karena kita bisa menggunakan pesawat terbang dan lebih menghemat waktu dan efisien. Karena seperti yang kita tahu, Islam itu adalah agama yang fleksibel dan universal, serta tidak kaku dan berkembang sesuai dengan zaman. Namun segala perkembangan dan pengamalan agama ini tidak dilakukan secara semena-mena dan tanpa bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, tapi senantiasa dikaitkan dengan wahyu Tuhan.
Dalam agama juga kita kenal istilah ijtihad, di mana proses ijtihad itu juga berdasarkan pemikiran dan memang harus dilakukan dengan proses berpikir. Ijtihad adalah pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam al-Quran dan as-Sunnah. Ijtihad dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar faham dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga dari penjelasan tentang ijtihad kita bisa mengetaui bahwa filsafat sangatlah berperan dalam pengamalan agama dalam hal ini dalam penentuan hukum syariat.
Dari penjelasan-penjelasan tentang filsafat, agama, dan hubungan filsafat dengan agama dalam pemahaman, pengembangan, dan pengamalan agama dapat kita tarik sebuah pemahaman atau kesimpulan bahwa filsafat merupakan salah satu hal penting untuk semakin memahami persoalan-persoalan ketuhanan, wahyu, nabi dan rosul, dan persoalan-persoalan agama yang lain. Namun yang perlu kita tekankan sekali lagi kita berfilsafat untuk membuktikan kebenaran-kebenaran dalam agama secara logis, bukan mencari kebenaran-kebenaran itu karena akan menimbukan kesesatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar