Senin, 05 Agustus 2013

Siapalah Aku?

Sebenarnya, aku menyayangimu sejak pertama. Namun, aku tak punya keberanian untuk menunjukkan diriku padamu. Kamu memang bukanlah seseorang yang istimewa, namun dalam dirimu ada sesuatu yang sangat menarik perhatianku. Namun, sekali lagi aku bukanlah seseorang yang mampu melakukan hal jahat pada temanku sendiri yang menyayangimu, bahkan mencintaimu lebih dari aku. Sehingga aku hanya memilih untuk menjalin keakraban bersamamu sebagai teman.

Namun, tanpa aku sadari kita menjadi semakin dekat. Hingga tak mampu lagi ku bendung perasaanku, bahwa aku "tertarik" pada senyummu itu. Tapi, sebagai seorang wanita yang mempunyai gengsi tinggi, aku tak mau kamu tahu perasaanku, karena aku tahu satu hal, kita tak mungkin bisa bersama lebih dari berteman. Kita hanya teman, ya hanya teman.

Kita sering berhubungan, sering berjalan bersama, namun itu semua tak mengubah apa-apa, kecuali kita hanya seorang teman. Hingga pada akhirnya kamu menyatakan kamu menyayangiku, tapi entahlah aku malah tak ingin lebih, apalagi menjadi kekasihmu, itu hal yang sangat di luar inginku. Dan memang, kamu tak menginginkan itu dariku, hanya ingin kita saling menyayangi dengan cara kita sebagai "teman".

Tapi, aku tahu bagaimana dirimu. Kamu tak ingin terikat, begitupun aku. Kamu memiliki orang lain yang juga kamu sayang. Entah kenapa aku merasa cemburu, aku merasa harusnya perhatianmu tak kamu bagi dengan yang lain. Namun, aku menyadari, orang itupun juga merasakan sakit yang sama sepertiku. Dan sebenarnya, akulah yang berada di antara kalian. 

Berhakkah aku marah kamu menempatkan aku di posisi seperti "perusak" ? Sedangkan kamu sendiri yang berjalan menatakan sayang itu padaku. Berhakkah aku merasa cemburu atas kasih sayang yang juga kamu beri padanya? Sedangkan kita telah sepakat hanya menjadi "teman". Berhakkah aku merasa benci padanya? Sedangkan akulah yang hadir di antara kalian, dialah yang pertama, dan aku hanya "selirmu".

Dan aku menyadari, ini memang inginmu sejak awal. Aku tak boleh menyeberangi sisi kehidupanmu yang lain selain jalinan antara kamu dan aku saja. Apa yang harus aku lakukan? Memanggilmu sayangpun aku tak berhak dan tak mampu. Aku ingin mundur, dan menyelesaikan kerumitan ini. Namun, kamu tak tahu akan semua yang aku tahu, hingga akupun sebenarnya tak berha menghakimimu.

Aku menyayangimu, walau aku bukanlah siapa-siapa selain "penghiburmu". Maaf, aku cemburu. Maaf aku marah. Maaf aku sakit hati. Harusnya aku menyadarkan otak dan hatiku, bahwa siapalah aku ini? Dan tentu saja aku tak ada artinya, kata-katamu itu mungkin hanya untuk kesenangan, bukan keseriusan. Maafkan aku, yang menginginkan semua itu jujur. Maafkan aku, maafkan aku. Siapa kamu? Siapa dia? dan Siapalah aku?

Namun, aku tak berani mundur, namun aku juga tak berani maju. Atau ku biarkan saja ini? Sampai kamu akhiri sendiri? Aku tak menginginkan kamu memilih. Aku juga tak berhak untuk itu. Dan kini aku hanya menikmati kebersamaan yang setengah-setengah, yang menggantung, dan membuatku selalu berpikir siapalah aku ketika bersamamu. Dan menyadari aku bukan siapa-siapa dan tak akan menjadi siapa-siapa dalam hidupmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar