Kamis, 19 Juli 2012

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, negara-negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini sepakat mendorong lebih cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari produk domestik bruto untuk memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan terutama di negara berkembang.


B.  Rumusan Masalah
a.       Pengertian dari Kebijakan Fiskal
b.      Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian
c.       Komponen Anggaran Belanja Negara
d.      Cara Kerja Kebijakan Fiskal
e.       Macam-macam Kebijakan Fiskal

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kebijakan Fiskal
            Kebijakan fiskal yang sering juga disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy”, biasa diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Oleh karena anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat berupa “ government expenditure “ dan “government transfer “, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan pemperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak . memperbesar atau memperkecil “government expenditure” dan atau memperbesar atau memperkecil “goverment transfer” yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju ke keadaan yang diinginkannya.[1]
B. Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian
            Kenyataan menunjukkan bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan negara dari tahun ke  tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan nasional. Ini berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional menjadi lebih besar. Untuk negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, semakin besarnya peranan tindakan fiskal pemerintah dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu dalam mempengaruhi  jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan kebijakan fiskalnya, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diingikan seperti misalnya keadaan di mana banyak pengangguran, inflansi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit, dan sebaginya.
            Bagi negara-negara yang sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. [2]
C. Komponen Anggaran Belanja Negara
            Kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintahan yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui anggaran belanja negara. Nama lengkap anggaran belanja negara kita ialah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang biasa disingkat APBN. Anggaran belanja negara terdiri dari tiga komponen yaitu :
  • penerimaan atas pajak
pajak atau “tax” dalam buku-buku teori ekonomi makro biasanya dimaksudkan sebagai uang atau daya beli yang diserahkan oleh masyarakat kepada  pemerintah di mana terhadap penyerahan uang atau daya beli tersebut pemerintah tidak memberikan balas-jasa yang langsung. Jadi penyerahan uang dari masyarakat kepada pemerintah berupa  pajak pendapatan, pajak kekayaan, pajak warisan,  semuanya dapat kita sebut sebagai “pajak”, oleh karena terhadap pembayaran pajak tersebut pemerintah tidak memberikan balas-jasa yang langsung kepada si pembyar pajak. Ini berarti bahwa bagaimanapun juga bentuk  dari pajak yang dibayar  oleh masyarakat kepada pemerintah, masyarakat tentu akan memperoleh jasa juga. Hanya saja, balas-jasa yang diterima oleh si pembayar pajak sifatnya adalah tidak langsung.
  • pengeluaran pemerintah (goverment expenditure)
pengeluaran konsumsi  pemerintah yang biasa hanya disebut pengeluaran pemerintah, goverment expenditure atau goverment purchase, meliputi semua pengeluaran pemerintah di mana pemerintah secara langsung menerima balas-jasanya. Dengan pengeluaran pemerintah untuk membayar gaji para pegawai negeri, misalnya, pemerintah langsung memperoleh balas-jasa berupa prestasi kerja dari pegawai-pegawai tersebut. Pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam berbagai bentuknya, dari yang nilainya bermiliar rupiah sampai kepada yang nilainya hanya beberapa rupiah yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk kategori ini. Dengan sendirinya masyarakat mengharapkan bahwa semua macam pengeluaran pemerintah tersebut, secara langsung atau tidak langsung, nantinya akan dapat diperoleh manfaatnya oleh para anggota masyarakat pada umumnya. Pengeluaran-pengeluaran konsumsi pemerintah inilah yang jumlah keseluruhan per satuan waktu ditandai dengan “G”.   
  • transfer pemerintah (government transfer)
Di samping pengeluaran pemerintah yang mempunyai balas-jasa yang langsung seperti kita uraikan di atas yang kita sebut dengan “goverment expenditure” atau pengeluaran konsumsi pemerintah ada pula pengeluaran pemerintah macam lainnya, yaitu pengeluaran pemerintah dimana pemerintah tidak menerima balas jasa yang langsung. Pengeluaran pemerintah tanpa balas-jasa langsung inilah yang kita sebut “goverment transfer” atau “transfer pemerintah” dan kita tandai dengan “Tr”.
            Beberapa contoh bentuk transfer pemerintah dapat kita sebutkan :
Ø  sumbangan pemerintah yang diberikan kepada kaula negara yang menderita sebagai akibat adanya bencana alam.
Ø Sumbangan yang diberikan oleh pemerintah kepada para penganggur
Ø Uang pensiun yang diterima oleh para pegawai negeri yang telah dipensiun,
Ø  Subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan-perusahaan.
Ø Beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa, dan lain sebagainya.
D. Bekerjanya Kebijakan Fiskal
Untuk menerangkan bekerjanya kebijakan fiskal kita menggunakan variabel intrumen G,Tx dan T. Sekalipun kita dapat menggunakan ketiga macam variabel instrumen tersebut, akan tetapi mengingat bahwa kombinasi antara ketiga variabel instrumen tersebut kemungkinan banyak sekali, maka disini kita hanya membahas kebijakan-kebijakan fiskal yang hanya menggunakan variabel instrumen tunggal, yaitu dengan melalui G saja, Tx saja atau T saja.
Dengan memperhatikan Gambar 5.2 khususnya kuadran IS-LM, yaitu kuadran yang di tengah-tengah, untuk meningkatkan tingkat pendapatan nasional dari OY0 ke OYf kurva IS perlu digeser dari semula IS0 ke ISf. Untuk menghasilkan kurva ISf  ini perlu diusahakan agar supaya hasil penjumlahan I+G+c(T+Tx) dengan fungsi permintaan investasi dan fungsi saving yang ada dalam perekonomian menghasilkan ISf. Garis yang  dimaksud tersebut dapat kita temukan dengan cara sebagai berikut:
Dari kuadran IS-LM kita saksikan bahwa titik ekulibrium IS-LM yang diperlukan untuk tercapainya tingkat pendapatan nasional sebesar OYialah titik F. Dari titik ini kita buat segi empat siku-siku yang sudut timur lautnya tepat pada kurva saving, sedangkan sudut barat dayanya tepat menyinggung fungsi permintaan investasi. Dengan segi empat siku-siku yang terbentuk dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, sudut barat lautnya berada pada kuadran garis pertolongan I=I. Melalui titik kedudukan sudut  tersebut kita tarik garis lurus yang sejajar  dengan garis pertolongan I=I. Garis yang kita hasilkan merupakan garis I+G+c(T-Tx). Garis ini memotong sumbu vertikal pada titik B.































0
 


L2
 












0
 


Y
 






Gambar 5.2. kebijakan fiskal dalam model analisis IS-LM
 
 

























Dari hasil perhitungan di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkat pendapatan nasional akan dapat diharapkan mencapai ketinggian OYf  apabila dipenuhi syarat :
Ini  berarti bahwa untuk menaikkan tingkat pendapatan nasional dari semula OY0 ke OYf , apabila pemerintah memilih sebagai variabel instrumen:
a)      Hanya pengeluaran pemerintah:
Pengeluaran harus diperbesar dengan:
b)      Hanya transfer pemerintah:
Transfer pemerintah perlu diperbesar dengan:
c)      Hanya pajak:
Pajak perlu diperbesar dengan:
Dari hasil perhitungan di atas dapatlah disimpulkan bahwa untuk menghilangkan pengangguran dalam perekonomian pemerintah dapat memilih salah satu kebijakan berupa:
a.       Memperbesar pengeluaran pemerintah dengan OB
b.      Memperbesar transfer pemerintah  sebesar OB/c dimana c adalah marginal propensity to consume
c.       Mengerungi pungutan pajak dengan OB/c
d.      Kombinasi G,T dan Tx dengan ketentuan perubahan-perubahan tersebut memenuhi syarat persamaan (5.3.1)[3]



Bentuk kurva permintaan uang untuk spekulasi dan keefektifan kebijakan fiskal
1.      Di daerah Jerat Likuiditas kebijakan fiskal paling efektif. Dengan menggeserkan kurva IS ke kanan sejauh ab, pendapatan nasional ekuilibrium meningkat sebesar ab juga, yang semula sebesar OYa, sekarang menjadi OYb.
2.      Di daerah tengah, kebijakan fiskal juga dapat menaikkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium, akan tetapi tidak seefektif di daerah Jerat Likuiditas. Kebijakan fiskal yang berhasil menggeser kurva IS ke kanan sejauh cd, yang jaraknya sama dengan ab, menghasilkan peningkatan tingkat pendapatan nasional kurang dari cd, yaitu hanya meningkat dari OYc menjadi OYm.
3.      Di daerah klasik, kebijakan fiskal sama sekali tidak efektif. Kebijakan fiskal yang berhasil menggeser kurva IS sejauh ef, eg ataupun lebih besar lagi, pendapatan nasional ekuilibrium sama sekali tidak meningkat, yaitu tetap sebesar OYe.[4]


 











E.  Bentuk-bentuk Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :[5]
1.         Penstabil otomatik, yaitu bentuk-bentuk sistem fiskal yang sedang berlaku yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi. Macam-macam penstabil otomatik, yaitu :
a.       Pajak progresif dan pajak proporsional.
Sistem pajak progresif biasanya digunakan dalam memungut pajak pendapatan individu dan dipraktekkan hampir di semua negara. Pada pendapatan seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin tinggi pendapatan, semakin besar pajak yang dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang diperoleh.
Sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk memungut pajak ke atas keuntungan perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang diperoleh. Ini berarti suatu presentasi dari keuntungan selalu merupakan pajak yang akan dibayar kepada pemerintah.
b.      Kebijakan harga minimum
Kebijakan harga minimum merupakan suatu sitem pengendalian hatga yang bertujuan menstabilkan pendapatan para petani dan pada waktu yang sama menjaga agar pendapatannya cukup tinggi. Permintaan dan penawaran barang pertanian sifatnya tidak elastis. Sebagai akibatnya fluktuasi dalam penawaran akan menimbulkan fluktuasi harga yang sangat besar dan mempengaruhi kestabilan pendapatan petani. Ketika produksi dan penawaran sangat merosot, harga pertanian sangat melonjak dan meningkatkan pendapatn petani, begitu juga sebaliknya. Ketidakstabilan ini mendorong pelaksanaan kebijakan harga minimum. Walaupun menstabilkan harga dan pendapatan merupakan tujuan utama kebijakan tersebut, pada akhirnya hal tersebut membantu mengurangi fluktuasi kegiatan keseluruhan ekonomi.
c.       Asuransi Pengangguran
Sistem asuransi pengagguran adalah suatu bentuk jaminan sosial yang dipraktekkan di kebanyakan negara-negara maju. Sistem ini pada dasarnya mengharuskan tenaga kerja yang sedang bekerja untuk membayar asuransi sebagai jaminan pendapatan sekiranya pada suatu ketika terpaksa menganggur dan menerima sejumlah pendapatan yang ditentukan ketika menganggur. Dengan adanya sistem asuransi pengangguran, para penganggur akan menerima pendapatan yang diperoleh dari dana asuransi pengangguran. Kebijakan ini mengurangi kemerosotan perbelanjaan agregat dan pertambahan pengangguran pada ketika resesi.

2.      Kebijakan fiskal diskresioner adalah langkah-langkah dalam bidang pengeluaran pemerintah dan dan perpajakan yang secara khusus membuat perubahan ke atas sistem yang ada yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Bentuk kebijakan fiskal diskresioner :
a.    Kebijakan fiskal mengembang, yang dilakukan ketika perekonomian menghadapi masalah pengangguran.
b.    Kebijakan fiskal mengerucut, yang dilakukan ketika masalah inflasi sedang dihadapi dan perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh dan tingkat pengangguran sangat rendah.
Cara-cara yang dilakukan dalam kebijakan fiskal diskresioner :
a.    Menambah pengeluaran pemerintah
b.    Menurunkan pajak perseorangan dan perusahaan
c.    Perubahan perbelanjaan dan pajak

F.   Masalah dalam Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi
Masalah-masalah administratif dapat mengurangi keefektifan pelaksanaan kebijakan fiskal. Masalah administratif dari kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada aspek-aspek berikut : menyadari masalah yang timbul, merumuskan kebijakan yang akan dijalankan, dan melaksanakan kebijakan yang dirumuskan.[6]
a.    Menyadari masalah yang timbul
Kegiatan ekonomi tidak selalu berkembang secara teratur. Adakalanya berkembang dengan cepat, mengalami perlambatan dalam perkembangannya, atau mengalami kemerosotan. Apabila berlaku perlambatan atau pengurangan dalam kegiatan ekonomi belum tentu hal tersebut merupakan suatu masalah serius yang perlu diatasi. Perubahan seperti itu mungkin bersifat temporer, yang mungkin dengan sendirinya akan pulih kembali tanpa sesuatu campur tangan atau intervensi pemerintah. Dalam prakteknya tidaklah mudah untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan masalah sementara atau masalah yang permanen dan berkepanjangan. Kesalahan dalam menginterpretasikan keadaan yang sebenarnya dapat menimbulkan masalah ekonomi yang lebih serius. Sehingga pemerintah perlu berhati-hati membuat iterpretasi tentang masalah ekonomi yang sebenarnya dihadapi.
b.    Masalah dalam merumuskan Kebijakan Ekonomi
Apabila pemerintah telah menyadari bahwa masalah yang dihadapi perlu diatasi dengan melaksanakan beberapa kebijakan stabilisasi ekonomi, langkah-langkah tersebut tidak serta merta dapat dilakukan. Akan terdapata beda waktu diantara menyadari masalah yang dihadapi dengan waktu di mana kebijakan-kebijakan ekonomi mulai dilaksanakan atau berfungsi. Perbedaan waktu ini dinamakan “decision lag” atau “inside lag”. Periode dari beda waktu ini bergantung pada jenis kebijakan stabilisasi ekonomi yang dijalankan. Biasanya masalah decision lag adalah paling serius dalam merumuskan kebijakan fiskal. Ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu perumus kebijakan fiskal biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk memikirkan kebijakan yang sebaiknya dijalankan dalam usaha untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi dan dalam peemerintahanyang bersifat denokratis, kebijakan tersebut perlu terlebih dahulu disetujui oleh kabinet dan DPR sebelum dapat dilaksanakan.
c.       Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
Melaksanakan kebijakan fiskal untuk menjamin kestabilan ekonomi, mengurangi masalah pengangguran dan mempercepat pertumbuhan ekonomi sering sekali menyebabkan pemerintah perlu melakukan pengeluaran yang melebihi pendapatan dari pajak dan pungutan lain. Keadaan ini berarti anggaran belanja pemerintah mengalami defisit. Seperti juga halnya individu-individu dan persahaan-perusahaan, defisit anggaran belanjanya ini perlu dibiayai dengan melakukan pinjaman. Pinjaman pemerintah yang diakumulasikan dari tahun ke tahun dinamakan hutang negara. Dalam kebijakan fiskal Keynesian diusulkan agar pemerintah menjalankan anggaran belanja defisit ketika menghadapi masalah resesi yang serius. Wujudnya defisit dalam anggaran belanja pemerintah dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari langak berikut; pemerintah menjalankan kebijakan mengurangi pajak untuk menggalakkan perusahaan swasta dan individu meningkatkan kegiatan ekonomi; pemerintah secara langsung menstimulir kegiatan ekonomi dengan meningkatkan pengeluarannya.
Untuk membiayai defisit dalam perbelanjaannya beberapa sumber pinjaman digunakan pemerintah. Dalam membicarakan mengenai sumber-sumber pinjaman ini akan dibedakan dan dinilai sumber pinjaman menurut pengolongan yaitu pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang memiliki andil sangat penting dalam suatu negara sebagai penstabil ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju ke keadaan yang diinginkannya. Masalah-masalah administratif dapat mengurangi keefektifan pelaksanaan kebijakan fiskal. Masalah administratif dari kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada aspek-aspek berikut : menyadari masalah yang timbul, merumuskan kebijakan yang akan dijalankan, dan melaksanakan kebijakan yang dirumuskan.

DAFTAR PUSTAKA
Reksoprayitno, Soediyono. Ekonomi Makro Edisi Millenium. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2000
Reksoprayitno, Soediyono. Ekonomi Makro Edisi 6. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2000
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2000


[1] Prof. Dr. Soediyono Reksoprayitno, M.B.A. Pengantar Ekonomi Mikro edisi 6, Yogyakarta, Bpfe Yogyakarta, 2000 hal 97-98
[2] Ibid 92
[3] Soedioyono Reksoprayitno, Ekonomi Makro Edisi Millenium, YOGYAKARTA, Bpef YOGYAKARTA, 2000.  Hal 51-53
[4] Prof. Dr. Soediyono Reksoprayitno, M.B.A. Pengantar Ekonomi Mikro edisi 6, Yogyakarta, Bpfe Yogyakarta, 2000 hal 282-283
[5] Sadono Sukirno. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hlm. 518
[6] Ibid,hlm 528

1 komentar: