Senin, 16 Juli 2012

PARAGRAF


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia sehingga sebagai Warga Negara Indonesia wajib mengetahui tata bahasa Indonesia yang baik dan benar agar bahasa Indonesia terjaga eksistensinya. Oleh karena itu, matakuliah bahasa Indonesia adalah matakuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa perguruan tinggi agar mahasiswa sebagai insan terpelajar dapat meyebarkan ilmunya kelak di masyarakat secara tepat. Dalam matakuliah bahasa Indonesia ini lebih dikhususkan untuk penulisan karya ilmiah yang di dalamnya terdapat beberapa sub bagian seperti  kalimat, paragraf, ejaan, dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan bagian-bagian yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Dan dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai paragraf mulai dari pengertian paragraf, jenis-jenis paragraf, teknik pengembangan paragraf, dan beberapa hal lain tentang paragraf.

 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian paragraf?
2.      Apa fungsi dari paragraf?
3.      Apa saja syarat-syarat paragraf yang baik?
4.      Apa saja jenis-jenis paragraf yang ada?
5.      Apa saja teknik dalam pengembangan paragraf?

C.     Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian paragraf.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui apa saja fungsi dari paragraf.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui apa saja syarat-syarat paragraf yang baik.
4.      Mahasiswa dapat menambah wawasan tentang apa saja jenis-jenis  paragraf yang ada.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui apa saja teknik dalam pengembangan paragraf.

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Paragraf
Pengertian Paragraf : Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf).
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan Purwadarminta (almarhum) tertera penjelasan bahwa alinea sering diartikan sama dengan  baris baru atau ganti baris. Pengertian lain namun hampir ada persamaan dengan pendapat yang tadi yaitu pendapat dari Wojowasito (1977 : 285) mengartikan paragraf sebagai membagi fasal demi fasal.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah dkk, 1991 : 144).
Keraf (1997 : 51), menyebut paragraf dengan istilah alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya (Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006 : 51).
Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek (singkat) ( Yakub Nasucha dkk, 2009 : 33).
Bila ditelaah pengertian paragraf seperti yang tercantum pada sekian pendapat dapat ditarik kesimpulan yaitu : Paragraf berisi sesuatu dan penulisan paragraf selalu dimulai dengan garis baru yang dimajukan ke depan atau “Indentation”.
Dari beberapa sumber yang memberikan pendapat keterangan tentang pengertian paragraf, setelah dilengkapi dan dipadukan oleh penulis kesimpulan dari pengertian paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Djago Tarigam, 1991 : 10).

B.     Kegunaan atau Fungsi Paragraf (Djago Tarigam, 1991:12)
            Kegunaan atau fungsi paragraf yaitu :
1.      Penampung fragmen pikiran atau ide pokok.
2.      Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.
3.      Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
4.      Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5.      Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
6.      Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai.
7.      Dalam rangka keseluruhan karangan pargraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

C.     Syarat-syarat Paragraf yang Baik
            Dalam pengembangan paragraf, kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan (Akhadiah dkk, 1991:148).
1.      Kesatuan
      Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu, dalam mengembangkan paragraf tidak boleh ada unsur-usur yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan gagasan pokok atau topik tersebut agar tidak menyulitkan pembaca. Jadi, sebuah paragraf dapat dikatakan memiliki kesatuan apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak menyimpang dari topik atau gagasan pokoknya atau selalu relevan dengan topiknya atau gagasan pokoknya. Semua kalimat harus fokus pada topik dan terhindar dari unsur-unsur yang tidak relevan.
2.      Kepaduan
      Yang dimaksud kepaduan adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf (Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006:55).  Suatu paragraf bukanlah sekumpulan dari kumpulan kalimat yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi terdiri dari kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan satu sama lain atau berkoherensi.
      Untuk membangun kepaduan dalam suatu paragraf perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
a.       Pengulangan kata kunci
            Kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf.
b.      Pengulangan kata ganti
            Kata yang mengacu pada manusia ataupun benda biasanya digunakan untuk menghindari kebosanan, diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata ganti berfungsi untuk menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf.
c.       Penggunaan transisi
            Untuk membentuk suatu kepaduan dalam paragraf ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.
d.      Paralelisme
            Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari urutan perinciannya. Perincian ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.
3.      Kelengkapan
      Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

D.    Jenis-jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraf dibagi menjadi berdasarkan fungsi, tujuan, dan juga letak gagasan utamanya.
Paragraf berdasarkan fungsinya, yaitu :
1.      Paragraf pengantar
Paragraf pengantar merupakan ungkapan yang bertujuan menarik perhatian, menggugah minat, dan memperoleh simpati dari pembaca untuk mengetahui lebih banyak mengenai apa yang diuraikan dalam sebuah karangan. Paragraf pengantar juga disebut sebagai pargraf topik yaitu paragraf paragraf yang menentukan arah dan tatanan sebuah karangan. Dalam karya ilmiah paragraf pengantar berfungsi untuk memberitahukan beberapa hal, yaitu:
a.     Latar belakang
b.     Masalah
c.     Tujuan
d.   Gagasan sentral atau tesis yang merupakan pendirian penulis
2.      Paragraf pengembang
Paragraf pengembang menerangkan atau menjabarkan ide pokok karangan . Secara rinci paragraf pengembang berfungsi :
a.       Memuat pernyataan-pernyataan pikiran utama
b.      Menerangkan tiap pikiran utama (mendefinisikan, menjelaskan)
c.       Memberikan bukti-bukti (contoh, alasan, fakta, rincian, dan sebagainya)
d.      Memberikan komentar tentang pentingnya pokok pembicaraan.
Paragraf pengembang juga disebut paragraf baku karena tiap paragraf pengembang berisi satu pikiran utama, beberapa pikiran pendukung, dan beberapa pikiran penjelasan. Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006 : 69).
3.      Paragraf penutup
Paragraf penutup sebagai akhir dari sebuah karangan biasanya berisi kesimpulan dari sebuah topik atau gagasan utama. Hal-hal yang dilakukan untuk menutup karangan atau karya ilmiah agar memberikan kesan yang kuat kepada pembaca, antara lain:
a.       Menegaskan kembali tesis dengan kata-kata lain
b.      Merangkum gagasan-gagasan penting yang telah disampaikan
c.       Memberikan simpulan, saran, atau proyeksi ke depan dan sebagainya
Jenis paragraf berdasarkan tujuannya, antara lain :
1.      Paragraf argumentasi
      Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan pembaca (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/). Paragraf argumentasi sumber datanya bisa didapat secara langsung melalui riset, observasi, maupun interview atau wawancara atau juga bisa didapatkan secara tidak langsung melalui media atau literatur, grafik, tabel, maupun diagram.
      Ciri-ciri paragraf argumentasi:
a.    bersifat nonfiksi /ilmiah
b.    bertujuan menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran
c.    dilengkapi bukti-bukti berupa data, tabel, gambar dll
d.   ditutup dengan kesimpulan
Contoh :
Air yang tergenang seperti di kaleng-kaleng bekas dan di selokan harus dibersihkan. Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di genangan air tersebut.
2.      Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Jenis lukisan atau deskripsi dalam paragraf deskripsi:
a.       Lukisan benda fisik
b.      Lukisan waktu
c.       Lukisan ruang
d.      Lukisan suasana atau keadaan
Ciri-ciri paragraf deskripsi, yaitu:
a.       Menggambarkan /melukiskan objek tertentu (orang, tempat, keindahan alam dll)
b.      Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek
Contoh :
          Malam itu indah sekali. Bintang-bintang di langit berkerlap-kerlip memancarkan cahaya. Udara dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik mengusik sepinya malam.
3. Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf eksposisi, yaitu :
a.       Bersifat nonfiksi/ilmiah
b.      Bertujuan menjelaskan/memaparkan
c.       Berdasarkan fakta
d.      Tidak bermaksud mempengaruhi
Contoh :
     Membaca intensif merupakan kegiatan membaca secara teliti atau membaca secara seksama bacaan berupa teks. Tujuan membaca dengan cara ini untuk mendapatkan pemahaman isi bacaan secara tepat dan rinci. Misalnya, mengetahui hal-hal yang diperlukan.
c.       Paragraf persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan penulis (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf persuasif, yaitu:
a.            ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk pembaca
b.            bertujuan mendorong, mempengaruhi, dan membujuk pembaca
c.            menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca
Contoh :
             Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktublama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.
d.      Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu terjadinya (Rochmatin, http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/14/jenis-jenis-paragraf/).
Ciri-ciri paragraf naratif, yaitu :
a.    Ada tokoh, tempat, waktu, dan suasana yang diceritakan
b.    Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa
c.    Terdapat dalam karya fiksi ( cerpen,novel,roman)

Dan jenis-jenis paragraf menurut letak kalimat utamanya, yaitu :
1.      Paragraf induktif
Paragraf induktif dikembangkan dari sesuatu yang bersifat khusus, lebih spesifik, menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum, lebih luas. Akan tetapi, kita harus hati-hati dalam menarik kesimpulan menggunakan pola induktif karena kesimpulan umum yang diambil belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, agar kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyataan, data, fakta, bukti, referensi, dan keterangan lain yang dijadikan dasar pengambilan kesimpulan haruslah lengkap dan akurat. Paragraf induktif disusun dengan cara menata ide-ide khusus dan diikuti dengan ide umum. Ide-ide khusus seperti contoh, ilustrasi, perincian (disebut penunjang atau pendukung) ditampilkan pada bagian awal paragraf dan kemudian disimpulkan denagn ide yang lebih umum.ide yang lebih umum itu biasanya berupa kalimat kesimpulan (disebut kalimat topik) dan kadang-kadang diikuti oleh suatu pernyataan pembenaran (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan menetapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali menggunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan teman-temannya atau dengan orangtuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam, baik waktu istirahat ataupun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.
2.      Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Kosa kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosa kata yang dimiliki sesesorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang, juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya. Dengan demikian, seoarang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat atau cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.
3.      Paragraf induktif-deduktif atau campuran
Paragraf induktif deduktif adalah suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan dan diakhir kalimat (Alfie Syahrial, http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/).
Contoh :
Peningkatan taraf pendidikan para petani, dirasakan sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah sistem pertanian tradisional misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perncana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan sangatlah penting.
4.      Paragraf tanpa kalimat utama (naratif/deskriptif)
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama terbesar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya digunakan dalam karangan yang berbentuk narasi (yang berbentuk cerita) atau deskripsi (yang berbentuk pelukisan). Pikiran utama didukung oleh semua kalimat (Yakub Nasucha dkk, 2009 : 42).
Contoh :
Keributan ayam berkokok bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian berkurang. Akhirnya tinggal satu-satu saja terdengar kokok ayam nyaring. Dan ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan raung kembali menggila seperti kemarin. Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema menerobos ke relung-relung rumah di sepanjang. Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin.
5.      Paragraf Ineratif ( semua kalimat topik)
Paragraf Ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah paragraf. Biasanya diawali dengan gagasan penjelas sebagai pengantar, lalu disajikan gagasan utama sebagai puncaknya. Setelah itu masih dilanjutkan dengan gagasan penjelas (Yadi, http://www.yadi82.com/2011/09/definisi-dan-contoh-paragraf-ineraktif.html).
Contoh :
Sepulang mudik, mobil Saipul Jamil mengalami kecelakaan di Tol Padalarang Km 97 arah Jakarta. Malang baginya, kecelakaan itu menewaskan istri tercintanya, Virginia. Saipul sendiri dan beberapa penumpang lainnya selamat walau luka-luka. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, musibah yang dialami Saipul bak tak ada hentinya. Ia ditetapkan sebagai tersangka atas musibah yang dialaminya. Padahal, Saipul sudah bersumpah, dia tidak dalam keadaan mengantuk. Saat peristiwa kecelakaan terjadi, ia dalam kondisi bugar.

E.     Teknik Pengembangan Paragraf
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang kedalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas dituang kedalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaliknya sebuah pikiran penjelas dituang kedalam sebuah kalimat penjelas. Dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yan dinamakan kerangka peragraf.
Contoh kerangka paragraf :
Pikiran utama             : Keindahan alam yang mengecewakan
Pikiran penjelas           :
1.                   Manusia telah mengubah segala-galanya;
2.                   Hutan, sawah, dan ladang tergusur;
3.                   Pohon sudah tidak ada;
4.                   Pagar bunga telah berganti; dan
5.                   Pembangunan gedung-gedung mewah.
Pengembangan  paragraf dapat dibedakan  berdasarkan teknik dan isi paragraf.
1.                   Berdasarkan teknik : a).secara alamiah; (1) Urutan ruang (2) urutan waktu. b).klimaks dan anti klimaks c). Umum ke khusus
2.                   Berdasarkan isi : a). Perbandingan dan pertentangan b). Analogi c). Contoh-contoh  d). Sebab-akibat e). Definisi luas f). Klasifikasi
Penjelasan :
1.      Berdasarkan teknik
a.       Secara alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yan dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan :
(1). Urutan ruang merupakan urutan ruang (spesial) yang membawa pembaca membaca  dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
(2). Urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan.
b. Klimaks dan Antiklimaks
        Pikiran utama mula-mula di perinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Pengembangan paragraf dengan urutan ini didasarkan bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang tertinggi atau paling menonjol. Bila posisi yan tertinggi ditempatkan pada bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, bila penulis menulis rangkaian dengan posisi paling menonjol dan makin lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks (Tim penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006:72).
Contoh :
Kemampuan manusia menyikapi perjalanan waktu secara bijaksana akan menentukan keberhasilan manusia di dunia maupun di akhirat. Waktu merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Segala kegiatan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks waktu. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan perhatian yang besar terhadap perjalanan waktu. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya firman Allah SWT yang dikaitkan dengan konteks waktu, yaitu QS. Ad-Dhuha, QS. As-Syam, QS. Al-Lail, dan QS. Al-Fajr.
c. Umum ke khusus, khusus ke umum
            Dalam bentuk umum ke khusus, pikiran utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai dengan perincian-perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
      2. Berdasarkan Isi
         a) Perbandingan dan Pertentangan
Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan antara 2 hal tersebut. Yang dapat dibandingkan adalah 2 hal yang tingkatannya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Contoh :
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode. Tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalu keluar kota paling suka mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melmbutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan upacara resmi pembukaan parlemen.
         b) Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandinghkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum gunanya untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Contoh :
Perkembangan teknologi sungguh menakjubkan. Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda, tanpa sapi, dan tanpa kerbau. Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari. Deretan gerbang yang panjang penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan kekuatan air semata. Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap yang mewarnai tanah air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke dalam ketiadaan. Dunia rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan kawat. Kekuatan bukan lagi monopolo gajah dan badak, tetapi telah diganti dengan benda-benda kecil buatan manusia.
         c) Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat efektif.
Contoh :
Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa fenomenal yang menimbulkan berbagai pertanyaan. Sebagai contoh adalah dikabarkannya bahwa langit bukan hanya satu melainkan ada tujuh tingkat. Contoh lain adalah pertanyaan mengenai manusia yang menjelajahi langit sampai ke tujuh tingkat hanya dalam waktu beberapa jam saja.
         d) Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam  hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya.
Contoh :
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semerawut. Lebih dari sepuluh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan denga trotoar. Pagar ini berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
e) Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.
Contoh :
Wujud merupakan tingkat ketauhidan seseorang yang diperoleh manusia melalui tahapan tawajud, wijdu, dan al-wujud. Tawajud adalah upaya sungguh-sungguh untuk mencintai dan dicintai oleh Allah SWT. Wajdu merupakan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Seseorang yang telah mencapai wajdu di sebut al-wajid adalah seorang pecinta sejati kepada Allah SWT. Setelah itu, seseorang akan berada pada keadaan al-wujud, yaitu sirnanya sifat kemanusiaan yang ada hanyalah wujud al-Haqq.
              
f) Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Contoh :
Dalam kegiatan menulis karya ilmiah, seseorang dituntut memiliki beberapa kemampuan, antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan mengembangkan tulisan. Kemampuan kebahasaan meliputi kemampuan menerapkan ejaan, tanda baca, kosa kata, dan kalimat. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan.

BAB III
PENUTUP


     Dari beberapa penjelasan mengenai paragraf, dapat disimpulkan beberapa hal, dari beberapa sumber yang memberikan pendapat keterangan tentang pengertian paragraf, setelah dilengkapi dan dipadukan oleh penulis kesimpulan dari pengertian paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Djago Tarigam, 1991 : 10).
Paragraf mempunya fungsi, yaitu:
a.       Penampung fragmen pikiran atau ide pokok.
b.      Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.
c.       Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
d.      Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
e.       Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.
f.       Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai.
g.      Dalam rangka keseluruhan karangan pargraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
Syarat-syarat paragraf yang baik adalah kesatuan, kepaduan, dan juga kelengkapan. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi dalam penulisan paragraf, berarti paragraf tersebut tidak bisa dikatakan paragraf yang baik.
Jenis-jenis paragraf terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu paragraf menurut fungsinya, paragraf menurut tujuannya, dan paragraf menurut letak gagasan utamanya. Paragraf menurut fungsinya terbagi menjadi tiga yaitu, paragraf pengantar, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Paragraf menurut tujuannya terbagi menjadi lima yaitu, paragraf argumentasi, narasi, eksposisi, persuasi, dan deskripsi. Dan yang terakhir paragraf menurut letak gagasan utamanya ada 4 yaitu, paragraf induktif, deduktif, induktif-deduktif (campuran), dan juga paragraf tanpa kalimat utama.
Paragraf juga dapat dilihat dari teknik pengembangannya. Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yan dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan :
(1). Urutan ruang merupakan urutan ruang (spesial) yang membawa pembaca membaca  dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya.
(2). Urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan.
DAFTAR PUSTAKA


Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
Tarigam, Djago. 1991. Membina Ketrampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006. Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Ilmu Agama Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
http://alfiecadas.wordpress.com/2010/04/05/paragraf-induktif-deduktif-dan-campuran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar